Raden Wijaya adalah anak dari Rakeyan Jayadarma, raja
ke 26 dari Kerajaan Sunda Galuh , dan
Dyah Lembu Tal, seorang putri
Singhasari.Dyah Lembu Tal / Dyah Singhamurti
Ken Arok, raja pertama (1222-1227) Singhasari menikahi Ken Dedes, dan
memiliki anak: Mahesa Wong Ateleng. Lalu ia memiliki anak: Mahesa
Cempaka yang bergelar Narasinghamurti. Kemudian memiliki putri: Dyah
Lembu Tal diberi gelar Dyah Singhamurti.Rakeyan Jayadarma
Ia adalah raja ke-26 Kerajaan Sunda Galuh, anak dari Prabu Guru Dharmasiksa, raja ke-25 dari Kerajaan Sunda Galuh.
Setelah Rakeyan Jayadarma diracun oleh salah seorang bawahannya,
dan tewas, Dyah Lembu Tal kembali ke Singhasari bersama Raden Wijaya.
Raden Wijaya seharusnya menjadi raja ke 27 Kerajaan Sunda Galuh.
Sebaliknya, ia mendirikan Majapahit di tahun 1293, setelah tewasnya raja
Kertanegara, raja Singhasari terakhir, yang merupakan mertuanya, dan
juga sepupu ibunya.
Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut sebagai Jaka Susuruh dari Pajajaran. Ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Singhasari.
Raden Wijaya kemudian menikah dengan empat puteri dari raja Kertanagara,
yaitu;
1. Tribuaneswari (Sri Parameswari Dyah Dewi Tribuaneswari)
2. Narendraduhita (Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita)
3. Pradnya Paramita
(Sri Jayendra Dyah Dewi Pradnya Paramita)
4. Gayatri (Sri Jayendra Dyah
Dewi Gayatri)
Dan juga menikahi Dara Petak yang merupakan putri dari
Raja Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya
Dalam pernikahannya dengan kelima putri tersebut, hanya Dara Petak dan
Gayatri yang memberikan keturunan. Dara petak melahirkan seorang putra,
yaitu Kalagemet atau yang dikenal dengan Sri Jayanegara. Sedangkan
Gayatri melahirkan dua*orang putri yaitu: Sri Gitarja dan Dyah Wiyat
Berdirinya Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1289, Kubilai Khan (Kekaisaran Mongol) mengirim utusan ke
Singasari untuk meminta upeti, namun ditolak dan dipermalukan oleh
Kertanagara. Sementara itu, di dalam negeri, Jayakatwang memberontak
terhadap Singasari. Kertanagara meninggal dalam serangan Jayakatwang
pada tahun 1292. Raden Wijaya berhasil melarikan diri bersama Aria
Wiraraja ke Sumenep (Madura) dan di sana ia merencanakan strategi untuk
mendirikan kerajaan baru.
Atas Anjuran Arya
Wiraraja, Raden Wijaya berpura-pura tunduk kepada Jayakatwang, sambil
meminta sedikit daerah untuk tempat berdiam. Jayakatwang yang tidak
berprasangka apa-apa mengabulkan permintaan Raden Wijaya. Sang Raden
diijinkan membuka hutan Tarik. Dengan bantuan sisa-sisa tentaranya dan
pasukan Madura, ia membersihkan hutan itu sehingga layak ditempati. Pada
saat saat itu, seorang tentara yang haus mencoba memakan buah Maja yang
banyak terdapat pada tempat itu dan menemukan bahwa ternyata rasanya
pahit. Sejak itu, daerah tersebut diberi nama "Majapahit".
Pada bulan November 1292, pasukan Mongol mendarat di Tuban dengan tujuan
membalas perlakuan Kertanagara atas utusan Mongol. Namun, Kertanegara
telah meninggal. Raden Wijaya memanfaatkan bersekutu dengan Mongol untuk
menyerang Singhasari yang kini dikuasai Jayakatwang. Setelah kekuatan
Jayakatwang dihancurkan, tahun 1293 Raden Wijaya balik menyerang pasukan
Mongol, dan akhirnya Mongol meninggalkan tanah Jawa. Raden Wijaya
kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit bergelar Kertarajasa
Jayawardhana, yang pusat istananya di daerah Trowulan (sekarang di
wilayah Kabupaten Mojokerto).
Masa kekuasaan Raden Wijaya
Raden Wijaya dikenal memerintah tegas dan bijak. Aria Wiraraja yang
banyak berjasa ikut mendirikan Majapahit, diberi daerah status khusus
(Madura) dan diberi wilayah otonom di Lumajang hingga Blambangan. Nambi
(putera Arya Wiraraja) diangkat menjadi patih (perdana menteri),
Ranggalawe diangkat sebagai Adipati Tuban, dan Sora menjadi penguasa
Dhaha (Kadiri). Dijadikannya Nambi sebagai patih membuat Ranggalawe
tidak puas, karena ia merasa lebih berhak. Tahun 1295 Ranggalawe
mengadakan pemberontakan, namun dapat dipadamkan.
Bersambung.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar