Pendiri Kerajaan Panjalu adalah Batara Tesnajati yang petilasannya terdapat di Karantenan Gunung Sawal. Mengingat gelar Batara
yang disandangnya, maka kemungkinan besar pada awal berdirinya Panjalu
adalah suatu daerah Kabataraan sama halnya dengan Kabataraan Galunggung
yang didirikan oleh Batara Semplak Waja putera dari Sang Wretikandayun (602-720) pendiri Kerajaan Galuh.
Daerah Kabataraan adalah tahta suci yang lebih menitikberatkan pada
bidang kebatinan, keagamaan atau spiritual, dengan demikian seorang
Batara selain berperan sebagai Raja juga berperan sebagai Brahmana atau Resi Guru Seorang Batara di Kemaharajaan Sunda mempunyai kedudukan yang sangat
tinggi dan penting karena ia mempunyai satu kekuasaan istimewa yaitu
kekuasaan untuk mengabhiseka atau mentahbiskan atau menginisiasi
penobatan seorang Maharaja yang naik tahta Sunda.
Menurut sumber sejarah Kerajaan Galunggung, para Batara yang pernah
bertahta di Galunggung adalah Batara Semplak Waja, Batara Kuncung Putih,
Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang. Berdasarkan
keterangan Prasasti Geger Hanjuang, Batari Hyang dinobatkan sebagai
penguasa Galunggung pada tanggal 21 Agustus 1111 M atau 13 Bhadrapada
1033 Caka. Kabataraan Galunggung adalah cikal bakal Kerajaan Galunggung
yang dikemudian hari menjadi Kabupaten Sukapura Tasikmalaya.
Besar kemungkinan setelah berakhirnya periode kabataraan di
Galunggung itu kekuasaan kabataraan di Kemaharajaan Sunda dipegang oleh
Batara Tesnajati dari Karantenan Gunung Sawal Panjalu. Adapun para
batara yang pernah bertahta di Karantenan Gunung Sawal adalah Batara
Tesnajati, Batara Layah dan Batara Karimun Putih. Pada masa kekuasaan
Prabu Sanghyang Rangga Gumilang atau Sanghyang Rangga Sakti putera
Batara Karimun Putih, Panjalu berubah dari kabataraan menjadi sebuah
daerah kerajaan.
Diperkirakan kekuasaan kabataraan Sunda kala itu dilanjutkan oleh
Batara Prabu Guru Aji Putih di Gunung Tembong Agung, Prabu Guru Aji
Putih adalah seorang tokoh yang menjadi perintis Kerajaan Sumedang
Larang. Prabu Guru Aji Putih digantikan oleh puteranya yang bernama
Prabu Resi Tanjimalela
menurut sumber sejarah Sumedang Larang, Prabu Resi Tajimalela hidup
sezaman dengan Maharaja Sunda yang bernama Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350).
Prabu Resi Tajimalela digantikan oleh puteranya yang bernama Prabu Resi
Lembu Agung, kemudian Prabu Resi Lembu Agung digantikan oleh adiknya
yang bernama Prabu Gajah Agung yang berkedudukan di Ciguling. Dibawah
pemerintahan Prabu Gajah Agung, Sumedang Larang bertransisi dari daerah
kabataraan menjadi kerajaan.
Kekuasaan kabataraan di Kemaharajaan Sunda kemudian dilanjutkan oleh
Batara Gunung Picung yang menjadi cikal bakal Kerajaan Talaga (majalengka).
Batara Gunung Picung adalah putera Suryadewata, sedangkan Suryadewata
adalah putera bungsu dari Maharaja Sunda yang bernama Ajiguna
Linggawisesa (1333-1340),
Batara Gunung Picung digantikan oleh puteranya yang bernama Pandita
Prabu Darmasuci, sedangkan Pandita Prabu Darmasuci kemudian digantikan
oleh puteranya yang bernama Begawan Garasiang. Begawan Garasiang
digantikan oleh adiknya sebagai Raja Talaga yang bernama Sunan Talaga
Manggung dan sejak itu pemerintahan Talaga digelar selaku kerajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar